Langsung ke konten utama

Kesempatan Ikut Lomba





Dua tahun yang lalu, saya pernah menulis beberapa list keinginan saya dan salah satunya berbunyi “Belajar design lagi untuk lomba packaging”
Alhamdulillah, bulan kemarin do’a itu terkabulkan. Saya pun tak menyangka jika dulu saya pernah menulis hal seperti itu. Jadi ceritanya begini,

Setiap tahun memang ada lomba khusus untuk anak SMK, LKS (Lomba Kompetensi Siswa) dimana, banyak sekali bidang lombanya. Awalnya saya di seleksi satu sekolah dulu, Alhamdulillah saya terpilih dan yang kedua saya ikut seleksi se-kota Sidoarjo. Oh ya, jadi lombanya itu Graphhic Design Technology, dimana lombanya disuruh nge-Branding suatu produk makanan. Saat itu saya hanya punya 2-3 harian untuk mempersiapkan lomba tingkat kota. Sekitar 20 peserta dari masing-masing sekolah SMK di Sidoarjo mengikuti ajang tersebut. Dan Alhamdulillah lagi saya terpilih untuk mewakili kota Sidoarjo untuk lanjut ke tingkat provinsi yang kebetulan lombanya di adakan di Banyuwangi. 

Saya punya waktu 2 mingguan untuk latihan, tapi 1 minggu yang efektif. Jadi total berapa minggu ya saya duduk didepan Komputer, sekitar 3 mingguan dari seleksi awal sampai latihan untuk tingkat provinsi. Mata ini rasanya seperti sembelit *lah?* :’) dan kepala ini rasanya mules. 

Jadi begini ya rasanya ikut lomba, kerja dengan penuh penekanan :’) gimana nggak, waktu yang terbatas membuat kita dituntut untuk kerja cepat dan bagus, belum lagi jantung ini yang tak berhenti untuk berdetak kencang. Lagi-lagi masalah utama yang saya hadapi adalah LOGO, ya emang susah sih ya bikin logo dengan waktu yang sangat singkat, karena loo harus kuat di konsepnya kan.

Seminggu saya benar-benar harus bekerja keras, selama seminggu saya dilarang untuk ke kelas karena saya harus latihan di lab selama seharian. Untungnya saya nggak sendirian karena ada adek kelas saya yang juga latihan.

Bingung juga selama latihan, karena lombanya on the spot sekali, jadi disuruh bikin apanya juga on the spot, dikasih taunya pas 15 menit sebelum lomba dimulai :’) grogi menghujani perasaan saya saat itu, mulut ini tak henti-hentinya untuk meminta kepada sang pencipta untuk ditenangkan hati saya. Sekitar 35an peserta terbaik dari kotanya masing-masing ikut bersaing dengan saya. Tentunya mereka hebat-hebat bukan. 

Beberapa teman sekolah pun ikut mewakili Sidoarjo di beberapa bidang kompetensi. Kita sama-sama berjuang untuk sekolah kita. Sama-sama pengen buat bangga Pembina kita. Dan pulang-pulang bisa bawa piala…
Tapi, memang belum waktunya rejeki ya lapang dada saja. Mungkin ini kali keduanya saya mengecewakan guru sekaligus Pembina saya. Yang pertama, tahun lalu saya kalah saat lomba film tingkat provinsi juga, dan kali ini… hehe, ada perasaan kecewa sama diri sendiri, tapi segera ku hempaskan perasaan gundaku itu. 

Setidaknya banyak sekali hal yang menjadi pengalaman terbaik saya. Selama latihan, banyak sekali ilmu yang gak diajarkan ke siswa lain tapi bisa dengan  mudah saya dapatkan, sempat saya bercengkrama dengan Pembina saya yang kebetulan saat itu sekamar dengan saya di Banyuwangi, beliau banyak sekali cerita tentang kehidupan, saya pun sempat curhat beberapa hal dan beliau kasih masukan dengan bijak.

Kemudian saya menemukan teman-teman yang hebat, berbagi kasur, berbagi makanan, berbagi cerita, saling menyemangati, jalan-jalan cari makanan, jalan-jalan ke pantai, yah pokoknya mereka itu seperti kedamaian  dan penyemangat setelah seharian lomba.

Meskipun hasil lomba hanya urutan ke lima, tapi gapapa, setidaknya saya sudah memberikan seluruh kemampuan saya. Saya terus menyemangati diri saya sendiri supaya nggak larut dalam kekecewaan. Dan, di hati saya, malah lebih kokoh untuk terus mengembangkan kemampuan saya.
“Kegagalan, mengahncurkan pecundang, tapi memicu pemenang untuk lebih berkobar”

Apakah kalah itu akhir dari segalanya? Jika kau tak membalasnya dengan mencoba lagi, lagi dan lagi, maka kau benar-benar kalah. Namun jika kau terus mencoba meskipun jatuh berkali-kali tapi bangkit pun berkali-kali , kaulah pemenang sesungguhnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulau Dem Pelosoknya Kota Sidoarjo

Tugas film seperti makanan sehari-hari anak Multimedia di sekolah saya SMKN 2 BUDURAN. Tugas kali ini membuat Film Dokumenter. saat itu kita disibukkan dengan magang di tempat masing-masing. setiap ada kesempatan untuk rapat pun kita manfaatkan dengan baik, alhasil rapat pertama kita langsung memutuskan untuk memilih Pulau Dem sebagai salah satu tujuan kita. saat itu rapat, saat itu juga kita memutuskan untuk langsung survei tempat tersebut. Kita hanya mencari lokasinya bermodal kuota dan youtube pun sangat berguna. Lokasi pulau Dem itu di ujung pokoknya, hehe... Lumpur Lapindo masih lurus, pokoknya ada jembatan sungai porong belok kiri dan setelah itu, lurus, lurus aja, lurus terus sampai nggak kerasa kalau itu daerah Sidoarjo. Kesan pertama selama perjalanan, yah namanya juga anak ehm kota, yang sehari-harinya melihat keramaian jalan raya. tentunya excited sekali melihat pemandangan disekitar perjalanan, sudah seperti di pedesaan apa lagi saat itu cuaca mendung dan udara ju

180 Derajat

Hidup memang tak ada siapapun yang tau. saya benar-benar tak menyangka hidup saya akan berubah drastis seperti ini. Apa yang saya takutkan dulu, sekarang benar benar terjadi. Perasaan saat bangun tidur itu terkadang saya alami. Perasaan yang seolah-olah kehilangan ibu itu sebuah mimpi buruk. Namun 5 menit setelah bangun, ku sadari memang benar adanya. Beliau sudah tiada meninggalkan dunia untuk selamanya.  Dulu saya hanya bisa membayangkan ‘bagaimana kalau dia meninggalkanku?’ karena memang saya percaya bahwa umur hanya tuhan yang tau, dan saya harus siap menerima hal itu. Banyak hal yang sudah saya lewati bersamanya. saya tidak mau menyesalinya, saya hanya ingin mengenangnya. Sedih dan senang ku simpan rapat dalam ingatanku.    Hal ini harusnya membuat saya semakin kuat dan bukan jadi orang yang lemah, supaya dikemudian hari bisa membantu banyak orang dan berguna. Dia sudah menjadi orang yang paling berarti dalam hidup saya. Apa yang sudah kudapatkan sampai detik in

Kenapa kok hijrah ?

Awalnya saya tatap langit-langit dinding kamar, terlintas perasaan aneh, mungkin ini yang disebut hidayah. Saya mulai meratapi dosa-dosa yang pernah saya lakukan, hati berdegup tak karuan, ketakutan datang yang membuat sekujur tubuh panas dingin. Saat itu pula saya mulai menangisi diri saya sendiri.  Beberapa kalimat-kalimat bapak, terlintas difikiran saya, “doakan ibumu nak, kamu sholat 5 waktu, sudah 5 doa yang kamu panjatkan, itu dalam sehari, bagaimana dalam sebulan? Setahun?, jika kamu berbuat maksiat ibumu akan ikut disiksa disana”  Sekiranya seperti itulah bapak saya menasehati saya, yang kala itu saya belum mendapat pencerahan, yang saat itu masih dimasa jahil, yang saat   itu pula saya tak menghiraukan perkataannya. Baca juga : 180 Derajat Tangis ini semakin menjadi, semakin ku ingat dosa-dosa saya, semakin tak henti tangisannya, segera saya bertaubat memohon ampunan. Dari situ saya mulai hijrah, saya putuskan ‘dia’ hehe, saya hapus semua photo