Langsung ke konten utama

180 Derajat



Hidup memang tak ada siapapun yang tau. saya benar-benar tak menyangka hidup saya akan berubah drastis seperti ini. Apa yang saya takutkan dulu, sekarang benar benar terjadi. Perasaan saat bangun tidur itu terkadang saya alami. Perasaan yang seolah-olah kehilangan ibu itu sebuah mimpi buruk. Namun 5 menit setelah bangun, ku sadari memang benar adanya. Beliau sudah tiada meninggalkan dunia untuk selamanya. 


Dulu saya hanya bisa membayangkan ‘bagaimana kalau dia meninggalkanku?’ karena memang saya percaya bahwa umur hanya tuhan yang tau, dan saya harus siap menerima hal itu. Banyak hal yang sudah saya lewati bersamanya. saya tidak mau menyesalinya, saya hanya ingin mengenangnya. Sedih dan senang ku simpan rapat dalam ingatanku. 
 
Hal ini harusnya membuat saya semakin kuat dan bukan jadi orang yang lemah, supaya dikemudian hari bisa membantu banyak orang dan berguna. Dia sudah menjadi orang yang paling berarti dalam hidup saya. Apa yang sudah kudapatkan sampai detik ini adalah berkatnya. Semua perilakunya, semua perkataanya sudah merasuki jiwaku. 

Banyak hal yang sudah saya dan Ibu lewati bersama, tidur bersama, makan bersama, pergi bersama, curhat-curhatan sebelum tidur dan masih banyak lagi. Semua yang di ajarkan kepada saya memang benar adanya. saya bersyukur sekali mempunyai Ibu seperti dia dan saya juga bersyukur Allah memberikanku waktu 17 tahun lebih untuk bersamanya. 

Ibu saya meninggal 5 bulan yang lalu. satu bulan dua bulan rasanya berat, meskipun hati sudah ikhlas namun bagaimanapun juga, apalagi saya yang setiap harinya dan banyak waktu dengannya ketimbang yang lain, rasanya benar-benar hampa. Pulang dari rumah, yang biasanya salam terjawab, kali ini hanya angin yang menjawab. Yang biasanya sepulang sekolah lapar, makanan sudah siap sedia untuk disantap. Yang biasanya ketika pagi ada yang membangunkan, jadi sering kesiangan karena belum terbiasa. Aku yakin takdir ini akan membuat diriku yang kuat, dan pasti ada hikmah dibalik ujian kematian ini. 

ya, beberapa waktu, saya harus mengurus urusan rumah sendiri, saya hanya hidup dengan bapak, karena kakak kerja di Madiun. dan saya juga sangat sangat bersyukur mempunyai tetangga yang sangat amat baik. saat bangun kesiangan, saya selalu diingatkan dan dibangunkan tetangga, karena Bapak berangkat kerja sejak subuh. karena kebiasaan saya kala itu setelah subuh ketiduran, eh kok malah keblablasan.  tak jarang pula mereka mengirimiku beberapa makanan untuk disantap. terharu lagi. tak jarang pula mereka sekedar menyapaku dan menanyai kabar.

Terkadang kerabat-kerabat Ibu datang, ada yang menangis karena teringat. ya sebenarnya saya pun tak bisa menahan air mata. mereka berkelimang air mata sambil menceritakan kebersamaanya bersama Ibu. Selagi aku sekolah, merekalah yang menemani dan mengisi hari-hari Ibuku. Sungguh kagum rasanya melihat persahabatan mereka.

tapi apa saya selamanya hidup dalam keterpurukan? , sahabatku pernah berkata bahwa hal  ini menjadikan saya lebih kuat dan bukan menjadi safira yang lemah. ya... saya harus kuat, saya harus berjuang untuk hidup saya. Saya harus berjuang agar do'a do'a saya di ijabah oleh Allah. Ibu sudah mengajarkan semua hal, tinggal bagaimana cara saya untuk menerapkannya. saya terus bangkit, menahan rasa kesepian, menahan rasa rindu, yang mana rindu ini akan tergantikan dengan do'a. 

Apa tidak ada yang aku sesali selama ini terhadap Ibu? Ada, tapi yang berlalu sudah lewat. yang penting adalah masa sekarang dan masa depan. Balas budi yang hanya bisa ku lakukan saat ini adalah berdo'a. semua yang sudah kudapati kemarin adalah karena do'a Ibu saya yang dikabulkan Allah. Saya tahu, dibalik kecerewetan, ke jengkelan seorang Ibu kepada anaknya, beliau tak pernah memutuskan do'a untuk anaknya.

Lebih bersyukurlah kalian yang masih mempunyai orang tua lengkap. jangan buang waktumu hanya untuk duniamu sendiri. sisihkan waktumu untuk orang tuamu. janganlah sibuk dengan urusan dunia sampai kau lupa tak mengasih kabar kepada mereka. Janganlah sibuk untuk menakhlukkan dunia sampai lupa bahwa Orang tuamu juga butuh kasih sayang dan perhatian. Uang tak cukup untuk mengganti jasa-jasanya, air mata tak cukup pula untuk menggantikannya. semoga kita bukan tergolong orang-orang yang durhaka terhadap orang tua.  aamiin...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mumpung sek muda

Mumpung sek muda, ayo banyak-banyakin belajar, mencari ilmu, berkarya, ikut kegiatan positif, biar bermanfaat, karena setelah kita naik ke level selanjutnya, maka akan semakin berkurang waktu kita untuk itu semua, ya mumpung sek muda, pinter-pinter bagi waktu dan prioritas... Aku yakin kok, yang baca ini bukan pemuda yang waktunya dihabiskan dengan streaming youtuber berjam-jam,  main game sambil rebahan sampai lupa waktu, banyak tidur atau pemuda yang galau akan masa depan(jodoh)nya... ehm semoga ya :)... Tapi, tidak menutup kemungkinan itu akan terjadi sama kita, bahkan diriku sendiri :(... Tau nggak sih, kita itu ga bakalan bisa menghitung Anugerah-anugerah yang telah Allah berikan sama kita walau hanya satu detik, dalam satu detik aja nih berapa banyak sel darah yang mengalir begitu cepat, bahkan misalnya di suatu arteri ada aliran darah dengan kecepatan 18 cm / detik dan ini masih tergolong lamban... MaasyaaAllah... gimana anugerah" yang lain ya... tapi sayangnya sedi...

Ku tinggalkan dia karena Dia

Tidak ada yang tahu, esok akan seperti apa. Tapi pastinya apapun itu yang akan terjadi di kemudian hari, semoga hal tersebut dapat mendekatkan kita kepada Allah. Aamiin…  Bagi segelintir orang yang baru hijrah, pasti mengalami hal seperti ini, ‘move on’. Karena hijrah itu meninggalkan keburukan menuju kebaikan. Apakah dia sebuah keburukan? Bukan, tapi bisa jadi menjadikan keburukan itu terjadi, karena kita yang tidak bisa mengendalikan hati. Mengambil keputusan untuk meninggalkan dia itu, beberapa orang menganggapnya gampang, dan beberapa orang menganggapnya sulit sekali, sampai-sampai ada yang bilang ‘semakin ku berusaha untuk melupakan, semakin ku teringat olehnya’ wihiii… wkwkwk Gampang kok! Iya awalnya memang harus ada tahap, tapi bagi dia yang menganggap ini suatu hal yang mudah maka tahap itu akan berjalan sebegitu cepatnya. Mengapa? Bisa jadi hatinya yang begitu kokoh, karena dia menganggap Allah lebih utama dari pada dia, ‘kalau hanya melupakan...

Kenapa kok hijrah ?

Awalnya saya tatap langit-langit dinding kamar, terlintas perasaan aneh, mungkin ini yang disebut hidayah. Saya mulai meratapi dosa-dosa yang pernah saya lakukan, hati berdegup tak karuan, ketakutan datang yang membuat sekujur tubuh panas dingin. Saat itu pula saya mulai menangisi diri saya sendiri.  Beberapa kalimat-kalimat bapak, terlintas difikiran saya, “doakan ibumu nak, kamu sholat 5 waktu, sudah 5 doa yang kamu panjatkan, itu dalam sehari, bagaimana dalam sebulan? Setahun?, jika kamu berbuat maksiat ibumu akan ikut disiksa disana”  Sekiranya seperti itulah bapak saya menasehati saya, yang kala itu saya belum mendapat pencerahan, yang saat itu masih dimasa jahil, yang saat   itu pula saya tak menghiraukan perkataannya. Baca juga : 180 Derajat Tangis ini semakin menjadi, semakin ku ingat dosa-dosa saya, semakin tak henti tangisannya, segera saya bertaubat memohon ampunan. Dari situ saya mulai hijrah, saya putuskan ‘dia’ hehe, saya hapu...